Viral ‘Literatur Panduan’ Bullying Di Kalangan Kandidat Praktisi Medis Spesialis, Kemenkes Investigasi


Jakarta

Viral Di media sosial sebuah Literatur yang diduga menjadi ‘pedoman’ Untuk melakukan perundungan. Hal ini menjadi sorotan Sesudah seorang peserta Inisiatif Belajar Praktisi Medis Spesialis prodi anestesi Universitas Diponegoro Di RSUP dr Kariadi Semarang diduga bunuh diri akibat tidak kuat Merasakan bullying.

Di foto yang viral, Literatur tersebut Memiliki sampul bertuliskan ‘Unthulektomi’. Pihak Kementerian Keadaan mengatakan pihaknya Akansegera melakukan investigasi atas dugaan Literatur pedoman tersebut.

Di Di Itu beredar juga tangkapan layar beberapa ‘panduan’ yang harus dilakukan Kandidat Praktisi Medis spesialis Di menjalani Inisiatif PPDS.


“Kalau ada aduan masuk Hingga Kemenkes pasti kita Akansegera lakukan investigasi dan diberikan Pembatasan bila ada Kartu Merah apalagi perundungan,” kata Plt Kepala Biro Komunikasi Kementerian Keadaan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi, ketika dihubungi detikcom, Sabtu (17/8/2024).

“Hukumannya kalau Untuk wahana pendidikannya bisa disetop. Di Di Itu bisa mengembalikan peserta didik atau dosen yang melakukan perundungan Hingga universitas, penurunan pangkat Justru pencabutan STR dan SIP,” sambungnya.

dr Nadia menuturkan bahwa persoalan perundungan Di lingkungan PPDS sebenarnya sudah terjadi berulang kali. Semenjak kanal pelaporan dibuka Di tahun 2023, ia menyebut ada hampir 350 laporan Aksi Massa bullying yang terjadi Di lingkungan PPDS Fasilitas Medis vertikal.

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan pihak Kemenkes, dr Nadia tidak sepenuhnya menampik soal keberadaan Literatur-Literatur ‘pedoman’ perundungan.

“Di Perkara Hukum Hukum-Perkara Hukum Hukum yang kita verifikasi ya, Di laporan yang masuk, memang ada seperti rulesnya apa-apa saja yang harus dilakukan sebagai seorang junior Di Di Di awal menempuh Belajar Praktisi Medis spesialis,” ujar dr Nadia Di kesempatan berbeda.

Ia mengatakan bahwa laporan Yang Berhubungan Di Literatur-Literatur tersebut bisa bervariasi Di setiap Inisiatif studi, maupun institusi. Akan Tetapi, yang menjadi masalah adalah hingga Di ini pihaknya masih belum menemukan secara nyata bentuk Literatur-Literatur tersebut.

Sering kali, pihaknya hanya menemukan potongan-potongan halaman Di Literatur ‘pedoman’ tersebut.

“Karena Itu kalau kita bicara ada Literatur atau tidak, sebagian mengatakan ada, tapi kadang-kadang kita nggak bisa menemukan buktinya. Karena Itu kadang bentuk fisiknya tidak didapatkan, atau juga beredar media elektronik itu juga sepotong-sepotong,” sambungnya.

dr Nadia mengatakan bahwa memang tidak mudah memberantas persoalan perundungan Di lingkungan PPDS. Aksi Massa perundungan ini seakan sudah menjadi ‘Kebiasaan’ yang terus berlanjut.

Kebugaran ini membuat akhirnya junior PPDS menjadi takut Untuk melakukan laporan. Mereka khawatir proses Belajar mereka Untuk menjadi Praktisi Medis spesialis terhambat apabila nekat melapor.

“Lantaran ini Di sistem Belajar Karena Itu ada ketakutan Di junior ini Di senior atau dosennya Lantaran nanti Di Di menempuh Belajar Karena Itu terkendala,” ujar dr Nadia.

“Karena Itu kita Melakukanupaya ya Untuk Merasakan bukti-bukti, termasuk Literatur bullying tadi, tapi memang tidak mudah,” tandasnya.

Artikel ini disadur –> Detik.com Indonesia Berita News: Viral ‘Literatur Panduan’ Bullying Di Kalangan Kandidat Praktisi Medis Spesialis, Kemenkes Investigasi